Tempat kerja yang menerapkan Psychological safety dapat mendorong karyawan agar terus menerus belajar dan berinovasi. Bagaimana cara menerapkan Psychological safety di tempat kerja?
Amy C. Edmonson, seorang profesor di Harvard Business School, melakukan penelitian selama 20 tahun untuk mengetahui mengapa perusahaan bisa menjadi inovatif dibandingkan perusahaan lain. Dalam bukunya yang berjudul The Fearless Organization, Amy C. Edmondson menjelaskan bahwa perusahaan yang inovatif menerapkan Psychological safety di tempat kerja mereka. Psychological safety adalah sebuah iklim dimana orang merasa nyaman mengekspresikan dan menjadi diri mereka sendiri.
Contoh perusahaan yang menerapkan Psychological safety di tempat kerja mereka adalah Google X, laboratorium inovasi milik Google. Astro Teller, pemimpin Google X, memberikan kebebasan kepada karyawannya untuk menghentikan proyek kapanpun jika mereka menilai proyek tersebut tidak bisa memberikan hasil yang diharapkan. Astro akan mengadakan “pesta perayaan kegagalan” dan memberikan hadiah dan promosi bagi tim yang berhasil membuktikan kalau proyek yang mereka kerjakan sudah tidak bisa diteruskan lagi. Arti kegagalan bagi Astro adalah proses belajar. “I’m not pro failure, I’m pro learning”, ujarnya.
Lingkungan kerja yang menerapkan Psychological safety ditandai dengan setiap orang merasa didukung untuk bereksperimen, mengambil risiko dan tidak takut berbuat salah karena walaupun mereka gagal, mereka tidak akan dihakimi, disalahkan, atau dibuat merasa terasing. Namun, tidak semua kegagalan harus mendapat dukungan dan pujian. Kegagalan yang perlu didukung adalah kegagalan yang bermakna (successful failure). Kegagalan dapat bermakna jika ada pembelajaran yang bisa didapatkan dan kemudian pembelajaran itu diterapkan kembali dalam pekerjaan.
Berikut adalah tiga hal yang perlu diperhatikan jika ingin menerapkan Psychological safety di tempat kerja:
1. Menuntut standar kinerja yang tinggi.
Bila Psychological safety tinggi tapi tuntutan standar kinerja rendah maka akan menghasilkan karyawan-karyawan yang berada di zona nyaman, dan pekerjaan yang tidak menantang. Sedangkan bila Psychological safety tinggi dan tuntutan standar kinerja tinggi maka akan menghasilkan karyawan-karyawan yang ingin terus belajar dan mencapai prestasi setinggi-tingginya.
2. Pemimpin mendukung proses belajar karyawan.
Psychological safety dapat terbentuk jika pemimpin mendukung proses belajar karyawan. Bagaimana caranya? Pemimpin dapat melakukannya dengan cara membangun dialog kepada karyawan dan tidak anti dengan perbedaan pendapat. Pemimpin juga mendorong karyawan agar meluangkan waktu untuk melakukan identifikasi masalah, sharing knowledge, dan merefleksikan hasil pekerjaan mereka.
3. Membangun proses dan praktik pembelajaran yang konkrit.
Psychological safety membuat karyawan menjadi berani mengutarakan ide, berkesperimen, menerapkan idenya, dan mengevaluasinya. Proses dan praktik pembelajaran yang konkrit akan membantu dan memudahkan karyawan melakukan semua itu. Semisal, perusahaan memiliki prosedur bagaimana karyawan bisa menyampaikan ide mereka, bagaimana karyawan bisa mendapatkan dana buat menjalankan ide mereka, dan program-program pelatihan yang dapat mereka ikuti untuk membantu mereka dalam bekerja.
Referensi
Buku, The Fearless Organization (Creating psychological safety in the workplace for learning, innovation, and growth), Amy C. Edmondson, Wiley (2019)
Artikel, Is Yours a Learning Organization, David A. Garvin, Amy C. Edmondson, Francesca Gino, Harvard Business Review Special Issue “How to Learn Faster & Better” (2019)