Beberapa tahun belakangan ini, perusahaan-perusahaan yang disurvey terus mempercepat proses adopsi teknologi baru. Artificial intelligence menjadi teknologi yang luas diterapkan di industri Digital Information and Communications, Financial Services, Healthcare, dan Transportation. Sedangkan Big data, the Internet of Things dan Non-Humanoid Robotics paling banyak diterapkan di industri Mining and Metals. Encryption banyak digunakan di Government and the Public Sector.

Teknologi-teknologi baru ini diharapkan bisa mendorong pertumbuhan di seluruh industri, serta meningkatkan permintaan akan new job roles dan skill sets.

Sebagai dampak dari adopsi teknologi baru, perusahaan-perusahaan akan merestrukturisasi tenaga kerja mereka. Sebanyak 55% ingin mentransformasi komposisi dari value chain mereka, 43% ingin mengurangi tenaga kerja yang ada, 34% ingin menambah tenaga kerja, dan 41% ingin memperluas penggunaan kontraktor-kontraktor untuk pekerjaan-pekerjaan spesifik.

 

Pekerjaan-pekerjaan yang Muncul dan Mulai Menghilang

Dari hasil survey, pengusaha memperkirakan pada tahun 2025, peran-peran yang redundant di tenaga kerja akan berkurang, dari 15,4% menjadi 9% (menurun 6,4%). Sementara profesi-profesi baru akan bertumbuh dari 7,8% menjadi 13,5% (naik 5,7%). Diperkirakan, tahun 2025, 85 juta pekerjaan akan tergeser oleh perubahan pembagian tenaga kerja antara manusia dan mesin. Sementara 97 juta new roles akan muncul, yang lebih adaptif terhadap pembagian tenaga kerja baru antara manusia, mesin, dan algoritma, di 15 industri dan 26 ekonomi yang dicakup oleh laporan survey.

Job Roles yang akan menurun pamornya diantaranya Human Resources Specialists, Training and Development Specialists, Bank Tellers, Financial Analysts, General and Operations Managers, dsb. Sedangkan Job Roles yang akan meningkat pamornya diantaranya Data Analysts and Scientists, AI and Machine Learning Specialists, Robotics Engineers, Process Automation Specialists, Information Security Analysts and Internet of Things Specialists, dsb.

Profesi-profesi baru yang naik pamor seperti Data and AI, Product Development and Cloud Computing membuka lebih besar peluang untuk dimasuki karena tidak membutuhkan skill yang mesti sama antara profesi awal (source job) dengan profesi tujuan (destination job). Di sisi lain, beberapa profesi lebih ‘tertutup’ karena membutuhkan skill set yang spesifik (Lihat Figure 25).

Pada Figure 25, kita bisa melihat aliran Source Job (Conventional Job) ke Destination Job (Jobs of Tomorrow). Engineering bisa transisi ke Cloud Computing, Engineering, People & Culture, Data & AI, Product Development. Sedangkan Human Resources transisi ke People & Culture.

 

Skill-skill yang Makin Dibutuhkan

Kemampuan perusahaan dalam memetik buah dari adopsi teknologi baru terkendala oleh keterbatasan skill pekerja. Pada Figure 26 terlihat bahwa kesenjangan skill di dunia kerja dan ketidakmampuan untuk menarik talent yang tepat menjadi penghalang utama dalam mengadopsi teknologi baru.

Pada Figure 27, terlihat daftar skill yang semakin dibutuhkan hingga tahun 2025. Critical thinking and analysis dan problem solving, menjadi skill teratas yang makin dibutuhkan dari tahun ke tahun. Skill-skill lain yang mulai makin dibutuhkan adalah skill di bidang self-management seperti active learning, resilience, stress tolerance and flexibility. (dap)

Sumber: World Economic Forum, The Future of Jobs Report 2020 (Published: 20 October 2020)

Artikel Sebelumnya: Future of Jobs dan Double Disruption (Bagian Pertama)

Author

Perform training need analysis Design Program Content Development Handling training implementation and training evaluation Specialties: Program Design & Content Development

Write A Comment